Oleh: Teddy Tandaju SE MBA (Adv)*
Perhelatan salah satu pesta akbar dunia tenis ‘US Open 2020’ telah selesai dilaksanakan pada 14 September 2020 lalu. Grandslam terakhir dalam kalender tahunan tenis dunia kali ini terbilang unik karena digelar tanpa adanya penonton, untuk menghindari penyebaran Covid 19. Walaupun para pemain papan atas Pria dan Wanita tidak semuanya berpartisipasi, namun kemeriahan pertandingan para elit tenis terus terjaga.
Setelah para pemain bertarung selama dua minggu, akhirnya US Open 2020 menghadirkan Dominic Thiem, Austria, keluar sebagai juara tunggal putera, dan merasakan manisnya suatu gelar Grandslam untuk pertama kalinya serta Naomi Osaka, Jepang, menjuarai tunggal puteri, untuk kedua kalinya.
Dalam pantauan saya selama final tunggal putera yang berlangsung hingga 4 jam tersebut, sangat terlihat jelas adanya suatu pertarungan motivasi diri yang saya sebut ‘Battle of Determination’ dari Thiem yang memiliki ranking dunia lebih tinggi dari lawannya, Alexander Zverev. Meskipun telah kalah dua set di awal pertandingan, namun kegigihan dan motivasi yang tinggi mampu membalikkan keadaan hingga menyamai kedudukan 2:2 dan membuat kedua pemain harus melanjutkan di set kelima.
Set kelima berlangsung sangat ketat dan menjadi set penentuan, Thiem didera cedera otot paha dan mengakibatkannya berjalan pincang pada akhir babak penentuan. Banyak yang memperkirakan Thiem akan mengalami kekalahan dikarenakan cedera yang diderita. Set penentuan yang berjalan alot hingga harus ditentukan dengan ‘tie break’ – suatu sistem penentuan dalam pertandingan tenis – akhirnya menempatkan Thiem sebagai pemenang.
Yang saya amati dari pertandingan menegangkan ini, adalah kegigihan Thiem untuk terus keluar dari tekanan lawan. Salah satu faktor yang membuat Thiem terus menerus berjuang dikarenakan ranking Association of Tennis Professionals (ATP) yang dimilikinya lebih tinggi dari Zverev, sehingga faktor dorongan ‘self-image’ menjadi pendorong utama baginya agar terus mampu membalikkan keadaan.
Sikap mental ini sangatlah baik untuk ditiru bagi kita dan seluruh profesional yang ada untuk terus mengejar impian diri maupun tujuan organisasi. Kita tidak bisa menyerah begitu saja meskipun ‘nampaknya kegagalan’ telah di depan mata. Selama kita belum melewati batas kegagalan total, kita tidak bisa berhenti berjuang.
Seorang atlet dapat dikatakan ‘kalah’, jika memang pertandingan tersebut telah usai. The game is over. Namun, selama pertandingan ini belum selesai seutuhnya, meskipun lawan telah mencapai berkali-kali ‘match point’ ataupun ‘championship point’, selama belum selesai, kita masih punya harapan dan kesempatan untuk bangkit, bahkan kesempatan untuk balik mengalahkan lawan tanding.
Begitu juga dalam kehidupan manusia yang sudah pasti mengalami berbagai pasang surut, kita harus terus mampu mengendalikan ‘bola masalah’ agar dapat dicapai keseimbangan hidup yang akhirnya dapat memberikan hasil positif. Jangan muda menyerah dalam melakukan sesuatu. Pertandingan hidup belum usai selama kita masih bernafas dan memiliki kesempatan. Terus berjuang dan jangan gampang menyerah. Lihatlah Dominic Thiem, dengan kaki pincang, masih terus mengejar bola lawan untuk dapat mengalahkannya. Kegigihan dan keuletannya, akhirnya membawa Thiem dalam sejarah tenis dunia. Intinya, kegigihan dan motivasi diri perlu terus ditingkatkan untuk menjadi seorang pemenang kehidupan. (***)
* Dosen Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik De La Salle Manado