Perhelatan pemilihan kepala daerah dan wali kota/bupati telah selesai dilaksanakan lebih dua pekan lalu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Propinsi dan Kabupaten/Kota telah menetapkan pasangan terpilih. Akhirnya, pesta demokrasi terlaksana sesuai rencana meskipun masih dalam suasana pandemi Covid-19. Sebagai warga Kota Manado, saya turut serta aktif dalam proses pesta demokrasi ini yang sebenarnya tidak saya ikuti aktif lebih dari 15 tahun, dengan kata lain, saya memilih sebagai golongan khusus dan hanya memilih pada tingkatan tertentu saja.
Menarik sekali pesta demokrasi khususnya untuk Wali Kota dan Wakil untuk Kota Manado di tahun 2020 karena terdapat empat calon yang memiliki Visi, Misi, Karakter dan Prestasi yang sangat kompetitif & ‘menjual’ meskipun program yang ditawarkan, secara pribadi, saya nilai ada yang realistis dan ada yang ‘sulit bahkan cenderung tidak dapat tercapai’.

Setelah melewati pemilihan langsung pada tanggal 9 Desember 2020, dan hasil quick count (sebagai hasil bayangan yang dapat dijadikan tolak ukur) terlihat di malam hari, pendukung pasangan calon (paslon) tertentu sudah menyatakan kemenangan walaupun hal ini belum ditetapkan oleh KPU. Euphoria pendukung tentunya tak dapat dibendung, berbagai konvoi pada malam itu dilakukan pendukung paslon pemenang berkeliling kota dan sekitaran.
Sambil menonton konvoi kelompok pemenang yang meluapkan kegembiraan, saya menyempatkan diri berbincang dengan beberapa teman yang sudah sangat lama menjadi pendukung partai politik tertentu dan dapat dikategorikan sebagai pengamat politik lokal matang; dibandingkan saya yang sebenarnya baru kali ini terlibat ‘keras’ dan menjadi salah satu relawan pendukung paslon tertentu. Dari perbincangan ini, kami membahas berbagai point dalam pilkada dan porsi terbesar dalam diskusi kami berada di rana anggota tim sukses (TS) paslon.
Berbagai pendapat, tanggapan, argumentasi dikemukakan rekan saya ini yang saya setujui namun ada juga yang tidak sepaham. Ada satu point yang saya utarakan dalam perbincangan ini bahwa seorang tim sukses adalah seorang agen pemasaran yang harus memiliki Personal Branding (Merek Pribadi) yang kuat. Apa itu Personal Branding? Menurut Bean Intermedia (2020) Personal Branding merupakan teknik mempromosikan diri dan mempertahankan reputasi dan kesan individu. Tiga hal penting yang perlu dipadukan adalah keterampilan, pengalaman, dan kepribadian diri agar menjadi suatu personal branding yang dikenal orang.
Dengan demikian seorang TS otomatis adalah cerminan paslon yang diusung. Meskipun harus diakui ada unsur atau faktor lain bagi seorang pemilih untuk memilih paslon tertentu, namun peran TS turut berkontribusi besar dalam menarik simpati pemilih. Sifat, karakter, reputasi, prestasi, serta cara komunikasi seorang TS akan sangat berpengaruh dalam menarik simpati masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil yang saya peroleh dalam beberapa focus group discussion selama memfasilitasi kuliah Marketing & Business bahwa Personal Branding sangat berpengaruh atas sukses tidaknya kita menarik pelanggan dan bahkan menjadikan pelanggan sebagai loyal customers.
Oleh karenanya, Personal Branding seorang TS berkontribusi besar dalam menarik suara pemilih. Bagaimana seorang pemilih akan mempercayai seroang TS yang notabene tidak memiliki prestasi khusus, memiliki gaya hidup buruk, sering membuat keonaran di tengah masyarakat dan bahkan seorang yang sering menyebar ujaran kebencian terhadap paslon lain baik secara langsung maupun dalam media sosialnya? Dapatkah seorang TS seperti ini diikuti dan didukung warga yang menjadi target market-nya? Bandingkan dengan seorang TS yang memiliki reputasi dan prestasi tinggi serta kemampuan komunikasi efektif dan empatik, tidak pernah menjatuhkan atau menyebar ujaran kebencian terhadap paslon lain dan hanya berfokus pada strong personal branding formation dan terus solid bergerak? Sudah pasti jawabannya bahwa tidak ada yang ingin mengikuti TS yang berkarakter negatif. It’s all about trust.
Jelas terlihat dan dapat saya buktikan bahwa beberapa pemilih yang ada di sekitar tempat tinggal saya akhirnya berpindah haluan memilih paslon yang diarahkan TS ber-personal branding positif. Di akhir pembicaran kami di malam 9 Desember 2020, terbersit ada kekecewaan rekan-rekan saya yang menyesali salah memilih tim sukses untuk meng-goalkan paslon yang diusung mereka. Saya hanya bisa memberikan komentar singkat, “Next time, try to get more qualified tim-sukses who have great personal branding to be trusted by the society”.
Oleh: Teddy Tandaju, SE., MBA (Adv.)*
Certified Business Coach & Dosen Fak. Ekonomi
Unika De La Salle Manado