Oleh: Teddy Tandaju SE MBA (Adv.)
(Business Coach & Dosen Prodi Manajemen Unika De La Salle Manado)
Pertengahan Maret 2021, saya diundang menjadi salah satu panelis dalam Web Seminar Internasional bertajuk Community Tourism Development in Indonesia yang digelar oleh Smart Community Tourism (SCoT) Webinar kerja sama University of Sunshine Coast, Australia dan Ritsumeikan Asia Pacific University, Japan. Untuk event kali ini, sebagai Putera Minahasa, saya dengan bangganya mempresentasikan suatu kekayaan Tanah Minahasa yang diambil dari sisi kepercayaan warga dimana moment Paskah & Pekan Suci dapat dijadikan suatu potensi wisata berkelanjutan berbasis komunitas/masyarakat. Sejauh ini, perayaan khusus umat Kristiani masa paskah hanya menjadi rutinitas gelaran tahunan saja. Padahal, di balik perayaan kudus ini, tersimpan potensi wisata yang sangat besar yang dapat menjadikan Minahasa sebagai destiansi wisata religi skala national maupun internasional.
Topik presentasi saya bertajuk ‘Visit Minahasa, The Land of Thousand Churches, during Easter Time’. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik Sulawesi Utara (https://sulut.bps.go.id) untuk tahun 2018, terdapat 3.817 gereja (dari berbagai denominasi) yang tersebar di wilayah Minahasa Raya termasuk Manado, Bitung dan Tomohon dengan jumlah penganut beragama Kristen sebanyak 1.460.999 jiwa dari total 1.609.382, membuat wilayah Minahasa dihuni warga Kristen sebesar 90.78%. Dengan figur ini, jelaslah perayaan Natal dan Paskah biasanya dirayakan sangat meriah di Tanah Minahasa.
Dalam webinar di atas, saya tidak membahas Perayaan Natal yang sudah menjadi perayaan global berabad-abad lamanya. Namun, yang diangkat adalah perayaan Paskah yang hanya sebagian wilayah di dunia ini yang merayakan secara bermakna, meriah dan sarat refleksi religi. Dilihat dari rentang waktu perayaan, masa Paskah dibagi dalam dua periode; Pra Paskah dan Paskah, yang dimulai dari Perayaan Rabu Abu dan berakhir pada masa Paskah. Otomatis rentang waktu perayaan akan melebihi 40 hari. Selang waktu peringatan ini, terbukti banyak warga Minahasa menghias rumah dan halaman dengan dekorasi ornament Paskah menarik dan taman miniatur kisah sengsara Tuhan Yesus yang tentunya memiliki daya tarik khusus.
Dari rentang periode Paskah ini, yang sangat berpotensi menarik kunjungan turis dapat difokuskan pada masa Pekan Suci yang dimulai dengan perayaan Minggu Palma hingga hari Paskah. Bagi turis yang ingin menikmati makna atraksi religi ataupun ingin melihat sesuatu yang berbeda dari daerah asalnya dapat memanfaatkan moment ini. Dalam Tri Hari Suci, (Kamis Putih, Jumat Agung dan Pesta Paskah), turis akan menikmati suatu suguhan kekhusyukan umat Kristiani Minahasa yang merayakan ‘moment suci’ ini dengan cara tersendiri. Dari pilihan warna kustom pakaian yang dikenakan hingga berbagai kegiatan religi yang sarat makna.
Salah satu potensi/alternatif wisata kontemporer yang dapat dipadukan dengan unsur religi pada perayaan Pekan Suci yakni dapat digelar paket wisata soul wellness tourism (wisata penyegaran jiwa) dalam bentuk retreat/recolleciton maupun personal or group reflections. Tour operator dapat bekerja sama dengan lembaga keagamaan untuk mengatur suatu program khusus yang mengakomodir paket wisata khusus selama pekan suci ini. Paket wisata yang dapat ditawarkan bagi turis diatur sedemikian rupa dengan pemberdayaan akomodasi ‘homestay’ yang sebenarnya dapat menjadi basis wisata dan potensi pendapatan ekonomi masyarakat. Pekan Suci merupakan moment yang tepat untuk melaksanakan suatu wisata refleksi dikarenakan pada setiap malam Kamis Putih pasti bertepatan dengan Bulan Purnama dan momen ‘Bulan Terang’ ini masih dapat dinikmati hingga Minggu Paskah. Jika program ini dilaksanakan dalam suasana Open Air di lokasi yang jauh dari kebisingan, pasti akan menambah makna Soul Wellness Tourism.
Atraksi lain yang menjadi daya tarik wisata religi selama masa Paskah yang dapat dinikmati turis yakni keikutsertaan mereka dalam beragam kegiatan komunitas maupun gereja, misalnya lomba olahraga dan seni, parade obor dan lilin, jalan salib, dan pawai Paskah hingga turut menikmati meriahnya acara anak-anak dalam ‘Sekolah Minggu’. Tentunya, paket wisata yang lebih lengkap dapat dipadukan tour operator dengan memasukkan wisata alam, budaya, adventure dan lain-lain. Intinya, tour operator maupun pelaku pariwisata lainnya dapat memanfaatkan moment wisata religi Paskah ini untuk mendatangkan turis yang dipaketkan dengan jenis wisata lainnya.
Di akhir presentasi saya, Prof. Noel Scott, Ph.D. dari University of Sunshine Coast, Australia, memberikan komentar bahwa tanpa beliau sadari potensi wisata religi, khususnya Paskah, dapat menjadi suatu basis wisata komunitas/masyarakat yang dapat diangkat sebagai alternatif wisata di daerah lain di berbagai negara. Namun, khusus di Tanah Minahasa, wisata religi masa Paskah ini menjanjikan suatu potensi peningkatan ekonomi dan kunjungan turis, jika dikelola dan ditata secara terintegrasi bersama masyarakat dan para stakeholder terkait. Ingat! Masih jutaan turis di luar sana yang tetap mencari suatu atraksi novelty dan authenticity yang berbeda dari daerah asalnya di suatu destinasi wisata untuk mereka nikmati, alami, rasakan, dan kenang sebagai suatu pengalaman indah, berharga dan bermakna. (*)